Selasa, 22 Januari 2013

WMM GOES TO PESANTREN Membangun Jiwa Wirausaha Santri

(nside foto : Deputi Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM, Prakoso BS  membuka acara wirausaha Go To Pesantren di Pondok Pesantren Bagu Loteng NTB, Jumat (30/11). Wirausaha Go to Pesantren.
Kisah sukses seorang wirausaha seringkali mengilhami banyak orang untuk terjun ke dunia yang sama. Namun saat ingin memulainya, kebanyakan mereka menjadi ragu dan berpikir dua kali lantaran khawatir akan risiko yang akan dihadapinya. Hasilnya, niat mereka untuk berwirausaha pun pada akhirnya tak pernah terwujud.
Kondisi inilah yang dialami Asmuni (24), mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA) Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pria yang sejak kecil dididik dilingkungan pesantren ini tak berani untuk mulai berwirausaha karena memikirkan berbagai risiko yang dihadapinya. “Saya ingin mulai berwirausaha, tapi selalu dibayang-bayangi rasa takut. Ya, takut kehabisan modal, takut tidak bisa memasarkan, takut gagal dan rasa takut lainnya.” akunya kepada harian SINDO.
Hal serupa pun dialami Nuraini (19), dari Pondok Pesantren (Ponpes) Hadil Islah Bilebante, Lombok Tengah. “Saya tidak tahu harus berbuat apa untuk memulai berwirausaha. Ada keinginan, tapi rasanya berat untuk melangkah. Setiap kali saya ingin memulai berwirausaha selalu menghadapi banyak masalah. Inilah yang membuat saya ragu, kalau dari awal saja banyak masalah, bagaimana selanjutnya,” ujarnya.
Ketika memulai sebuah usaha umumnya seseorang selalu dihinggapi kekhawatiran akan kegagalan usahanya. Pikiran bahwa usahanya akan gagal sering kali lebih besar dibanding keinginannya untuk menjadi pengusaha ynag berhasil. Hal ini diakui pula oleh pengusaha nasional Aunur Rofiq.
“Agar seseorang berani terjun ke dunia wirausaha tentunya dibutuhkan dorongan yang kuat. Sebenarnya yang paling membuat orang tidak berdaya adalah mental. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan seseorang perlu dibangun secara kuat agar berani melangkah,” ujar Aunur Rofiq saat workshop sehari Wirausaha Muda Mandiri (WMM) Goes to Pesantren di Ponpes Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah, pada Jumat (30/11).
Kegiatan yang bertajuk “Inovasi untuk Indonesia Mandiri – Meningkatkan Kewirausahaan melalui Pesantren” ini berlangsung selama satu hari dengan menampilkan empat pembicara, yakni pengusaha nasional Aunur Rofiq, Sutradara Ipang Wahid, Pemenang WMM tahun 2007 Saptuari Sugiharto dan finalis WMM tahun 2011 Abdul Azis.
Dalam acara tersebut, seluruh narasumber sepakat bahwa jika kesuksesan bukanlah hanya sekedar keberuntungan, namun dihasilkan dari kesungguhan bekerja dan tetap istiqomah di jalan Allah SWT. “Jangan pernah takut. Karena siapa pun yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Selain itu dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri untuk bermimpi, memiliki keyakinan luar biasa serta ketekunan berusaha,” kata Ipang Wahid.
Begitu pula yang diungkapkan Saptuari Sugiharto. “Syarat untuk menjadi seorang wirausahawan yang berhasil itu harus berani menanggung risiko, ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses. Agar berhasil kuncinya adalah memupuk kebiasaan berpikir positif, mengingat ini merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha,” ucap pria bertubuh subur ini.
Kucurkan Dana Bina Lingkungan
Dalam workshop yang dihadiri Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Pahala N. Mansury; Deputi Menteri bidang Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM, Prakoso BS; Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi NTB, H. Muhammad Nur dan Pemimpin Ponpes Qamarul Huda Bagu, TGH LM Turmuzi tersebut, para santri memperoleh materi mengenai peluang wirausaha yang sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan di sekitar pesantren.
Dihadiri oleh sekitar 510 santri Ponpes Qamarul Huda Bagu dan ponpes lain di sekitarnya, sebagian besar dari para santri tersebut mengaku tergugah setelah mendengar berbagai pemaparan yang disampaikan oleh para pembicara tentang pengalaman dan tips mereka dalam berwirausaha.
Selain menggelar workshop, Bank Mandiri juga memberikan dana Bina Lingkungan sebesar Rp775 juta kepada pondok pesantren di wilayah Lombok. Adapun dana tersebut diberikan kepada 25 Ponpes, dimana masing-masing pesantren mendapat bantuan senilai Rp25 juta untuk keperluan pengadaan komputer. Sedangkan Ponpes Qamarul Huda Bagu yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan WMM Goes to Pesantren mendapat bantuan senilai Rp100 juta untuk keperluan pembangunan kelas.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Pahala N. Mansury mengatakan, selain menjadi wahana dakwah Islam dan kaderisasi ulama, pesantren seharusnya juga dapat menjadi pusat pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. “Melalui workshop kewirausahaan ini, diharapkan santri-santri Pondok Pesantren dapat meningkatkan keterampilannya serta dapat menumbuhkan sense of business mereka sehingga akan tercipta wirausaha-wirausaha muda yang potensial,” kata Pahala.
Pimpinan Ponpes Qamarul Huda Bagu, TGH LM Turmuzi mengaku senang dengan adanya pelatihan kewirausahaan dan bantuan dana dari Bank Mandiri untuk para santri pondok pesantren di wilayah Lombok. “Ini baru pertama kalinya diadakan pelatihan kewirausahaan bagi santri di Lombok. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bank Mandiri atas kepeduliannya mengembangkan pondok pesantren beserta santri di Lombok,” ujarnya.
TGH LM Turmuzi pun berharap, kepedulian yang ditunjukan Bank Mandiri tersebut dapat memacu semangat para santri untuk menjadi wirausahawan-wirausahawan muda yang berakhlak dan bermoral tinggi. “Semoga kelak muncul santri yang menjadi pengusaha yang berjiwa santri dari Lombok,” imbuhnya.
Workshop sehari yang digelar di Qamarul Huda Bagu ini merupakan bagian dari rangkaian program WMM Goes To Pesantren yang dilaksanakan Bank Mandiri bekerja sama dangan Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama atau asosiasi pesantren NU di beberapa pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Tanah Air.
(SeputarIndonesia)

0 komentar:

Posting Komentar