(nside foto : Deputi Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan
UKM, Prakoso BS membuka acara wirausaha Go To Pesantren di Pondok
Pesantren Bagu Loteng NTB, Jumat (30/11). Wirausaha Go to Pesantren.
Kisah sukses seorang wirausaha seringkali mengilhami banyak orang
untuk terjun ke dunia yang sama. Namun saat ingin memulainya, kebanyakan
mereka menjadi ragu dan berpikir dua kali lantaran khawatir akan risiko
yang akan dihadapinya. Hasilnya, niat mereka untuk berwirausaha pun
pada akhirnya tak pernah terwujud.
Kondisi inilah yang dialami Asmuni (24), mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Agama (STIA) Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Pria yang sejak kecil dididik dilingkungan pesantren ini tak berani
untuk mulai berwirausaha karena memikirkan berbagai risiko yang
dihadapinya. “Saya ingin mulai berwirausaha, tapi selalu
dibayang-bayangi rasa takut. Ya, takut kehabisan modal, takut tidak bisa
memasarkan, takut gagal dan rasa takut lainnya.” akunya kepada harian
SINDO.
Hal serupa pun dialami Nuraini (19), dari Pondok Pesantren (Ponpes)
Hadil Islah Bilebante, Lombok Tengah. “Saya tidak tahu harus berbuat
apa untuk memulai berwirausaha. Ada keinginan, tapi rasanya berat untuk
melangkah. Setiap kali saya ingin memulai berwirausaha selalu menghadapi
banyak masalah. Inilah yang membuat saya ragu, kalau dari awal saja
banyak masalah, bagaimana selanjutnya,” ujarnya.
Ketika memulai sebuah usaha umumnya seseorang selalu dihinggapi
kekhawatiran akan kegagalan usahanya. Pikiran bahwa usahanya akan gagal
sering kali lebih besar dibanding keinginannya untuk menjadi pengusaha
ynag berhasil. Hal ini diakui pula oleh pengusaha nasional Aunur Rofiq.
“Agar seseorang berani terjun ke dunia wirausaha tentunya
dibutuhkan dorongan yang kuat. Sebenarnya yang paling membuat orang
tidak berdaya adalah mental. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan
seseorang perlu dibangun secara kuat agar berani melangkah,” ujar Aunur
Rofiq saat workshop sehari Wirausaha Muda Mandiri (WMM) Goes to
Pesantren di Ponpes Qamarul Huda Bagu, Lombok Tengah, pada Jumat
(30/11).
Kegiatan yang bertajuk “Inovasi untuk Indonesia Mandiri –
Meningkatkan Kewirausahaan melalui Pesantren” ini berlangsung selama
satu hari dengan menampilkan empat pembicara, yakni pengusaha nasional
Aunur Rofiq, Sutradara Ipang Wahid, Pemenang WMM tahun 2007 Saptuari
Sugiharto dan finalis WMM tahun 2011 Abdul Azis.
Dalam acara tersebut, seluruh narasumber sepakat bahwa jika
kesuksesan bukanlah hanya sekedar keberuntungan, namun dihasilkan dari
kesungguhan bekerja dan tetap istiqomah di jalan Allah SWT. “Jangan
pernah takut. Karena siapa pun yang bersungguh-sungguh pasti akan
berhasil. Selain itu dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga
harus membiasakan diri untuk bermimpi, memiliki keyakinan luar biasa
serta ketekunan berusaha,” kata Ipang Wahid.
Begitu pula yang diungkapkan Saptuari Sugiharto. “Syarat untuk
menjadi seorang wirausahawan yang berhasil itu harus berani menanggung
risiko, ekstra kesabaran memelihara dan menjaga usahanya dengan baik
sebelum melihatnya tumbuh sukses. Agar berhasil kuncinya adalah memupuk
kebiasaan berpikir positif, mengingat ini merupakan hal penting dalam
menumbuhkan jiwa wirausaha,” ucap pria bertubuh subur ini.
Kucurkan Dana Bina Lingkungan
Dalam workshop yang dihadiri Direktur Finance & Strategy Bank
Mandiri, Pahala N. Mansury; Deputi Menteri bidang Pengembangan SDM
Kemenkop dan UKM, Prakoso BS; Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi NTB,
H. Muhammad Nur dan Pemimpin Ponpes Qamarul Huda Bagu, TGH LM Turmuzi
tersebut, para santri memperoleh materi mengenai peluang wirausaha yang
sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan di sekitar pesantren.
Dihadiri oleh sekitar 510 santri Ponpes Qamarul Huda Bagu dan
ponpes lain di sekitarnya, sebagian besar dari para santri tersebut
mengaku tergugah setelah mendengar berbagai pemaparan yang disampaikan
oleh para pembicara tentang pengalaman dan tips mereka dalam
berwirausaha.
Selain menggelar workshop, Bank Mandiri juga memberikan dana Bina
Lingkungan sebesar Rp775 juta kepada pondok pesantren di wilayah Lombok.
Adapun dana tersebut diberikan kepada 25 Ponpes, dimana masing-masing
pesantren mendapat bantuan senilai Rp25 juta untuk keperluan pengadaan
komputer. Sedangkan Ponpes Qamarul Huda Bagu yang menjadi tempat
pelaksanaan kegiatan WMM Goes to Pesantren mendapat bantuan senilai
Rp100 juta untuk keperluan pembangunan kelas.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Pahala N. Mansury
mengatakan, selain menjadi wahana dakwah Islam dan kaderisasi ulama,
pesantren seharusnya juga dapat menjadi pusat pemberdayaan ekonomi bagi
masyarakat di sekitarnya. “Melalui workshop kewirausahaan ini,
diharapkan santri-santri Pondok Pesantren dapat meningkatkan
keterampilannya serta dapat menumbuhkan sense of business mereka
sehingga akan tercipta wirausaha-wirausaha muda yang potensial,” kata
Pahala.
Pimpinan Ponpes Qamarul Huda Bagu, TGH LM Turmuzi mengaku senang
dengan adanya pelatihan kewirausahaan dan bantuan dana dari Bank Mandiri
untuk para santri pondok pesantren di wilayah Lombok. “Ini baru pertama
kalinya diadakan pelatihan kewirausahaan bagi santri di Lombok. Saya
mengucapkan terimakasih kepada Bank Mandiri atas kepeduliannya
mengembangkan pondok pesantren beserta santri di Lombok,” ujarnya.
TGH LM Turmuzi pun berharap, kepedulian yang ditunjukan Bank
Mandiri tersebut dapat memacu semangat para santri untuk menjadi
wirausahawan-wirausahawan muda yang berakhlak dan bermoral tinggi.
“Semoga kelak muncul santri yang menjadi pengusaha yang berjiwa santri
dari Lombok,” imbuhnya.
Workshop sehari yang digelar di Qamarul Huda Bagu ini merupakan
bagian dari rangkaian program WMM Goes To Pesantren yang dilaksanakan
Bank Mandiri bekerja sama dangan Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid
Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama atau asosiasi pesantren NU di beberapa
pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di Tanah Air.
(SeputarIndonesia)
0 komentar:
Posting Komentar